Rabu, 27 Oktober 2010

The Prince - Machiavelli


Il Principe (Sang Penguasa) adalah sebuah risalat politik oleh seorang pegawai negeri dan teoretikus politik Firenze Niccolò Machiavelli. Aslinya berjudul De Principatibus (Tentang Kekuasaan), ditulis pada 1513, namun baru diterbitkan pada 1532, lima tahun setelah kematian Machiavelli. Tulisan ini adalah sebuah studi klasik tentang kekuasaan – bagaimana memperolehnya, memperluas, dan menggunakannya dengan hasil yang maksimal. Tulisan ini sebenarnya tidak mewakili karya-karyanya selama masa hidupnya, namun karya inilah yang paling diingat, dan yang menyebabkan lahirnya istilah "Machiavellis" yang digunakan secara luas sebagai istilah pejoratif.
Pandangan-pandangan yang diuraikan oleh Machiavelli dalam Sang Penguasa mungkin kedengarannya ekstrem. Namun demikian, seluruh kehidupannya dihabiskannya di Firenze pada saat konflik politik yang berkelanjutan. Karenanya, nilai utama yang ditekankan Machiavelli adalah kebutuhan akan stabilitas dalam wilayah seorang pangeran/penguasa.
Teori-teori yang diungkapkan dalam Sang Penguasa seringkali dipuja sebagai metode-metode cerdik yang dapat digunakan oleh penguasa yang sedang mencari kekuasaan untuk memperoleh takhta, atau oleh seorang penguasa untuk mengukuhkan pemerintahannya. Menurut Machiavelli, kebaikan moral yang terbesar adalah sebuah negara, yang bajik (virtuous) dan stabil, dan tindakan-tindakan untuk melindungi negara, betapapun kejamnya, dapat dibenarkan. Yang sangat penting ialah bahwa ia melakukan segala ssuatu yang perlu untuk mempertahankan kekuasaannya; namun demikian, Machiavelli sangat menganjurkan bahwa terutama sekali, Sang Penguasa tidak boleh dibenci. Ia memberikan sebuah jawaban yang padat tentang apakah seorang penguasa harus ditakuti atau dan dicintai. Ia menyatakan, "…seorang penguasa yang bijaksana harus membangun kekuasaannya berdasarkan apa yang ia sendiri kuasanya dan bukan berdasarkan apa yang orang lain kuasai; ia harus berusaha agar ia tidak dibenci, seperti yang telah dicatat." Ia juga berkata "Yang terbaik ialah ditakuti dan dicintai; namun demikian, bila seseorang tidak dapat dua-duanya, lebih baik ditakuti daripada dicintai."
Wacana pembukaan dari Sang Penguasa mendefinisikan metode-metode pemerintahan yang efektif dalam beberapa bentuk kepenguasaan (misalnya, jabatan yang baru diperoleh vs. keturunan). Machiavelli menjelaskan kepada pembacanya, yang diasumsikan sebagai seorang anggota dari kebangsawanan Firenze, jalan terbaik untuk memperoleh, mempertahankan, dan melindungi sebuah negara. Metode-metode yang digambarkan di dalamnya mencakup pengajaran tentang perang dan kekejaman.
Sang Penguasa secara luas dianggap sebagai salah satu buku yang paling berpengaruh dalam politik, khususnya menyangkut pemerolehan, pelestarian, dan penggunaan kekuasaan politik di dunia barat. Pengamatan-pengamatan Machiavelli terus bergema dengan para politikus, mahasiswa dan sarjana. Ketika Machiavelli menulis Sang Penguasa ia tidak bermaksud untuk menyusun sebuah tulisan ilmiah tentang teori politik, namun tulisannya ini disukai oleh keluarga Medici yang berkuasa, yang dirasakan memberikan nasihat tentang bagaimana seorang penguasa dapat memperoleh dan mempertahankan kekuasaan.
Machiavelli membenarkan kekuasaan lewat kekerasan dan bukan lewat hukum. Karenanya, Sang Penguasa tampaknya membenarkan sejumlah tindakan yag dilakukan semata-mata untuk melestarikan kekuasaan.


Ia juga menegaskan bahwa ia tidak akan membicarakan masalah republik, katanya, “Tentang Republik saya tidak akan berbicara sekarang, karena hal ini telah dibicarakan di tempat-tempat lain secara panjang lebar. Di sini saya secara khusus akan membicarakan kekuasaan, dan dengan mengisi kerangka di atas saya akan menjelaskan bagaimana Negara seperti itu harus diperintah dan dipertahankan."

Setelah membahas berbagai tipe kekuasaan, Machiavelli lalu membahas tentang bagaimana suatu negara dapat menyerang wilayah-wilayah lain atau atau mempertahankan dirinya. Dua dasar yang paling penting bagi setiap negara, baik lama ataupun baru, adalah hukum yang sehat dan pasukan-pasukan militer yang kuat. Seorang penguasa yang mandiri adalah penguasa yang dapat menghadapi musuh manapun dalam medan pertempuran. Namun demikian, seorang penguasa yang hanya mengandalkan perbentengan atau bantuan dari yang lainnya dan hanya bersikap defensive, tidaklah mandiri. Bila seorang penguasa tidak dapat membentuk suatu pasukan yang kuat dan harus mengandalkan yang lainnya untuk pertahanannya, ia harus membentengi kotanya. Sebuah kota yang dibentengi dengan baik tidak akan menjadi sasaran serangan, dan bila diserang, kebanyakan tentara tak dapat bertahan dalam pengepungan yang berkepanjangan. Namun demikian, dalam suatu pengepungan, seorang penguasa yang bijak akan menjaga moral warga tetap tinggi, sementara menyingkirkan semua pembangkang. Karenanya, selama kota itu dipertahankan dengan baik dan mempunyai cukup pasokan, seorang penguasa yang bijaksana dapat menghadapi pengepungan apapun.
Machiavelli mengambil sikap yang keas terhadap penggunaan pasukan-pasukan sewaan, tentara yang diswa untuk berperang. Ia percaya bahwatentara sewaan tidak ada gunanya bagi seorang penguasa karen mereka tidak berdisiplin, pengecut, dan tidak mempunyai loyalitas. Motivasi mereka untuk berperang hanyalah demi uang. Machiavelli menerangkan bahwa Italia lemah karena mengandalkan tentara sewaan.

Pada berbagai tahap kehidupannya, Napoleon I dari Perancis menulis tafsiran yang panjang untuk Sang Penguasa. Setelah kekalahan di Waterloo, tafsiran-tafsiran ini ditemukan di kursi sang kaisar dan diambil oleh militer Prusia.
Diktator Italia Benito Mussolini menulis sebuah wacana tentang Sang Penguasa. Ada pula sebuah edisi dwibahasa Inggris-Spanyol.

Secara singkat bisa dikatakan bahwa buku ini mengajarkan pada para pemimpin untuk menggunakan KEKERASAN atau PERANG untuk mempertahankan kekuasaannya.
Untuk berkuasa penuh, jangan terlalu peduli berapa darah yang harus dikorbankan, jika itu harganya untuk mempertahankan kekuasaan. Kurang lebih begitulah.
Buku ini dikarang oleh Niccolò di Bernardo dei Machiavelli (3 May 1469 – 21 June 1527) atau yang lebih sering disingkat Machiavelli .
Buku ini diterbitkan tahun 1532. Padahal buku ini ditulis sejak 1513. Artinya butuh 19 tahun untuk membuat penerbit memutuskan bahwa tulisan ini layak terbit.
Sayangnya tahun 1527 sang penulis sudah wafat, artinya ia tidak pernah tahu bahwa bukunya akhirnya diterbitkan.
Lalu bagaimana buku ini tersebar?
Semasa hidupnya karya Machiaveli ini disebar diantara teman, yang beberapa di antaranya adalah orang berpengaruh, karena Machiaveli sendiri adalah seorang diplomat.
Apa yang Anda pelajari?
Jangan pedulikan apa yang Anda tulis akan diterbitkan atau tidak.
Tulis saja dulu apa yang Anda pikir perlu disampaikan. Itu saja dulu.
Bahkan Machiaveli harus menunggu 14 tahun sampai meninggal, bukunya tidak diterbitkan. Lima tahun setelah wafat baru bukunya terbit.
Apakah ini saja hikmahnya?
Well artikel ini belum selesai.
Ada pelajaran yang lebih penting lagi dari buku ini.
Kira kira dua setengah abad kemudian, buku ini dibaca oleh Napoleon Bonaparte (15 Agustus 1769 – 5 Mei 1821). Salah satunya karena terilhami dari buku ini, Napoleon melancarkan serangan ke berbagai negeri yang membuat Perancis menjadi salah satu negara paling ditakuti. Untung saja Napoleon lebih bijak dan selektif dalam penerapannya sehingga ia tidak menjadi pemimpin yang brutal.
Sayangnya empat Abad kemudian, buku ini menjadi pegangan Hitler, Musolini dan Stalin.
Kita sudah tahu akibatnya.
Stalin membunuh jutaan rakyatnya, Hitler mempelopori PD II yang membuat puluhan juta orang meninggal. Musolini berkoalisi dengan Hitler.
Sekarang apa pelajaran lain yang bisa kita ambil?
Sebuah ide yang dibukukan bisa mempunyai pengaruh sampai berabad-abad lamanya?
Hanya saja ide Machiveli buruk sekali, sehingga menghasilkan pemimpin yang merusak.
Orang yang membacanya punya jalan pikiran yang rusak, dan jika ia berkuasa maka kekuasaannya juga merusak seperti Hitler, Musolini dan Stalin.
Bayangkan, jika begitu banyak orang dengan ide buruk dengan pikiran merusak menuliskan idenya dalam buku maka akan semakin banyak kerusakan di muka bumi.
Bagaimana mengantisipasinya?
Jadikan diri Anda sebagai orang baik yang menulis buku.
Jadikan diri Anda sebagai orang baik yang menulis di media apa saja.
Semakin banyak buku bagus, semakin karya bagus maka kebaikan akan semakin tersebar.
Jika semangat menulis dimiliki orang yang mempunyai ide merusak, maka dunia akan semakin buruk.
Menulislah dari sekarang. menulislah yang mencerahkan.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com